Sebelum menulis artikel ini ane, menghela nafas panjang banget, yah panjang banget. Karena beberapa peristiwa ini mungkin semua orang akan melaluinya, yah kalau bisa di skiplah, Quarter Life Crisis, adalah problematika seorang pemuda di usia sekitaran 25 tahun. Banyak permasalahan mulai datang, mulai dari karir, asmara, pendidikan, bahkan mungkin rumah tangga.
Yah ane gak mau jauh – jauh bahas teori Quarter Life Crisis, ane sendiri sebenarnya mau share pengalaman aja dan beberapa tindakan yang ane ambil.
Tak ada waktu luang untuk berleha – leha seriring berjalanya waktu, Nah berikut ini Quarter Life Crisis yang mulai gua alami.
1. Mulai bingung untuk melanjutkan karir ataupun pendidikan.
Semenjak lulus kuliah dulu bulan April, wisuda 92 Unesa di GOR Bima Surabaya, ane mulai goyah dengan beberapa pilihan karena tahu sendiri, setelah lulus apa yang harus dilakukan?. Ane sendiri sekarang bekerja di sebagai tenaga pendidik di SMKN 1 Kertosono. Mungkin disini ane harus mencari pengalaman yah atau gimana, sementara itu berusaha menikmati kehidupan disini.
2. Mulai tak ada waktu menjelajah Alam dan Semesta.
Lebay banget yah menjelajah alam semesta wkwkwkwkw, tapi emang ia kenyataan demikian, untuk naik gunung aja sekarang sudah sangat sulit mencari waktu luang, beberapa target gunung di Jawa Timur terlewatkan begitu saja di tahun 2018, tak ada kwalitas perjalanan selama perjalanan yang dipaksakan. Ambisi – ambisi perjalanan yang lebih menantang di alam akan sulit dilakukan ketika sudah menikah, karena nantinya bakalan tersita oleh keluarga. Faktor ke khawitaran keluarga juga semakin besar. dari hal tersebut ane mikir beberapa perjalanan yang menantang harus dilakukan sebelum menikah.
3. Kembali ke Keluarga.
Mungkin seharusnya, sebagai anak yang harus berbalas budi kepada orang tua, setidaknya setelah bekerja dapat membantu kedua orang tua, entah itu bagaimana caranya. Ini juga menjadi dilema. Walaupun emang ane sendiri sudah mandiri sejak SMA. Namun memasuki Quarter Life Crisis ini level sudah semakin bertambah, tak cukup diri ini mandiri, tuntutan membantu keluargapun lebih. Masalah keuangan sangat riskan. Dari masalah ini, akhirnya beberapa bisnis yang ane jalankan harus gua oper sendiri, karena sempat beberapa bulan sharings cost dengan teman ane, harus diketahui karena sharing cost hasil harus dibagi sama rata, yah ane sendiri gak masalah tapi tuntutan untuk membantu keluraga makin besar, apalagi adik sekarang sudah mulai kuliah di Jakarta. Ane sendiri harus punya keuangan sendiri, bantu bulanan, bahkan uang saku. Adik kedua juga mau ke Magelang otomatis menambah pengeluaran, walaupun emang itu kewajiban orag tua, setidaknya ane sendiri bisa sebagai pertolonagn pertama ketika dibutuhkan.
4. Wanita Pendampingmu Minta Segera di Halalkan
Nah ini buat loh yang banyak – banyakin waktu buat pacaran, wkwkwkwkwkwkwkwkwkw, si orang tua cewek pasti banyak nanya kapan si doi dilamar. Ouh ia dulu gue emang pernah pacaran sih sekitar 4 tahunan, karena dinasehatin teman ane kalau bangun keluarga lewat pacaran sama aja bom bunuh diri. Maksiat pasti, rezkipun tak barokah. Benar juga ane itu terbukti ketika ane udah mulai tak melakukan hal khalwat rizkipun alhamdulillah. Apalagi memasuki Quarter Life Crisis ini. Godaan wanita makin tinggi, yah wanita mana yang gak baper ketika gua ajak naik gunung, hehehehehe bangsatkan gue, tapi gak gua pacarin. Apalagi kalau ada cewek yang udah punya pacar tapi masih sering kode – kode njir. Ane sendiri berusaha menjaga diri entah gimanapun. tapi di point ini Alhamdulillah gak semua orang ada beberapa orang pengecualian termasuk ane.
5. Membuat Skala Prioritas Lingkungan dan Merekonstruksi Lingkungan.
Di point ini emang sebenarnya berat sih ane tulis, tapi kata bang Dady Corbuzer di akun Youtubenya “kalau loe gak berani?, ngapain bersuara?”. Di point ini loe harus bisa membuat skala prioritas dalam kehidupanlo, untuk apa loe hidup, untuk siapa loe hidup, dan mengapa loe hidup, apa yang loe inginkan dari hidup, bagaimana loe mau menjalani kehidupan lo harus pikirkan. Sedangkan merekonstruksi lingkungan loe harus bisa pandai – pandai memilih teman, loe pengen ahli komputer yah loe kumpul dengan orang yang pinter komputer, loe pengen bisa kuliner loe yah kumpul sama orang ahli kuliner, loe pengen tahu agama berkumpul dengan mereka yang banyak tahu tentang agama. Loe gak boleh egois terhadap diri loe sendiri. Loe boleh bereteman siapa saja, tapi ingat merekonstruksi lingkungan kehidupan loe.
6. Tuntutan pekerjaan semakin besar seiring berjalannya waktu.
Kalau ini sudah jelas, tanpa panjang lebar pekerjaan menyita sebagian besar waktu kita, tapi tergantung lo ngatur dan menikmatinya. Ane sendiri harus membagi anatar bisnis dan mendidik di sekolah, capek banget beneran capek banget. Ane sendiri selalu tidur pagi beberapa bulan ini karena kesibukkan bisnis dan sekolah. bahkan nulis artikel ini ane lakukan ketika pukul 2 pagi. 🙂
Itulah beberapa hal yang akan loe alami di usia 25an (Quarter Life Crisis ). Meski kedengarannya agak berat untuk dijalani, tapi ketahuilah bahwa semua itu nggak perlu berlebihan untuk dikhawatirkan, sebab insyaallah segalanya akan dimudahkan jika kamu menjalaninya dengan sepenuh hati dan keikhlasan. Kamu nggak perlu takut, semuanya hanya sebuah fase dalam kehidupan.
Semoga menginspirasi kamu bagi yang membaca 🙂