Juragan miras, dan kisah gue kecil.

Lima februari 2018, ada sekitar 4 artikel ane yang belum gua terbitin.  Gak tau kenapa, ada kontradiktif hati dan pikiran.


Barusan ngeliat video, dimana video itu berisikan tentang kenakalan remaja, kesimpulan dari video itu Kenakalan remaja itu terjadi karena harga diri sianak ‘sudah dipermalukan dilingkungan keluarga.

Tak sadar orang tua dengan memarahi, menegur tanpa penjelasan kepada anak membuat si anak ini merasa tak dihargai  dan terkucilkan. Jika anak ini tak memiliki faktor well being yang tinggi pasti akan mencari pengakuan diluar domain keluarga. Banyak yang melampiaskan dengan hal negatif narkoba,  free sex, kriminalitas dan lain2.

Faktor ini yang menjadikan kontradiktif hati ane,  banyak objek yang dekat dengan ane,  jikalau mereka merasa dipermalukan, ane sangat merasa bersalah,  sebisa mungkin dalam artikel ane untuk tidak menyebutkan data diri secara lengkap.

Yah udahlah ane ceritain diri ane sendiri aja deh hehehehe, ouh yah ane pemilik blog ini. Ane lahir didaerah yang gak lazim, lingkungan yang sangat buruk untuk tumbuh kembang seorang anak.

 Lahir dilingkungan bandar miras yang tiap harinya selalu ada konflik karena pengaruh miras, ane lupa mulai kapan ane kenal dengan minuman Yang jelas gua sebelum sekolah udah kenal, kadang tiap pagi setelah adzan subuh. Maklum anak desa kalau ada libur sekolah main sepagi mungkin, suka bersih – bersih aqua bekas minuman keras yang ditenggak malam harinya. Pernah ane coba hirup baunya, menyengat seperti makanan busuk, Ouh ia perlu kalian ketahui juragan dari miras ini sebelah rumah ane pas, Cuma dibatasi pekarangan kosong yang ditumbuhi pohon pisang. Sekitaran awal tahun 2000’an disini sangat ramai karena anak mudanya masih banyak, setiap hari menenggak minuman keras jenis arak. Hingga ada satu rumah dikhusukan untuk memfasilitasi pecandu miras ini. Arak sendiri memiliki tingkatan kadang alkohol yang paling membahayakan karena tidak ada takaran yang jelas, karena disuling secara tradisional.



Ouh ia sekitaran tahun 2004, ane masih inget bener, ane itu kelas 4 SD. Dibawah pengaruh miras tetangga ane berkelahi. Sekitaran 6 orang yang terlibat. Dipicu hal yang sepele. Sekitaran ane SMP tetap berlanjut budaya tersebut, dengan meregenerasi penikmat minuman dikalangan teman – teman ane sendiri. Ane dulu punya 5 teman cowok udah mulai punya jalan hidup sendiri – sendiri ketika beranjak SMP. Empat cowok sekolah di SMP 4, sedangkan ane sama temen ane sekolah di SMP 1.







Ketika ane masuk SMP mulai terhindar karena banyak membunuh waktu dengan nonton bola, heheheh dulu ane suporter fanatik ketika masa jayanya Persik Kediri. Oke stop...!!!




ketika masuk SMP ane dikabari kalau 2 dari 4 teman ane yang masuk SMP 4 udah keluar pas kelas 2. Karena keseringan bolos, disini ane udah punya felling bibit kebudayaan di lingkungan ane mulai tumbuh di teman sebaya ane. Benar aja ketika ane SMA, 2 teman ini meneruskan kebudayaan dilingkungan ane.




Ujung – ujungnya urusan krimanal makin mudah menghampiri lingkungan ane, klimaksnya kemaren sekitaran tahun 2013 pas ada pesta miras di lingkunagn ane, gak sengaja ada orang luar lingkungan ane, kondisi pengaruh miras mereka mencegat anak baru itu, karena gak memenuhi keiinginan, akhirnya anak dari luar lingkungan ini harus dilarikan ke ICU RSUD Kertosono karena di keroyok sekitar 10 orang. Disini tonggak kebudayaan dilingkungan ane mulai hancur, karena pelaku pengeroyokan menjadi buron, peredaran miras di daerah mulai diawasi ketat. Ujungnya di akhir 2014 kemaren bandar miras harus masuk bui 3 bulan karena menjual miras tanpa izin.






Oh iya di daerah ane subur banget budaya menenggak miras karena emang di lingkungan ane semua masih ada hubungan kerabat, jadi mau lapor polisi malah gak enak hati. Tau sendiri kebudayaan orang – orang desa yang membangun komunitas. (Dynastic of Family ).




Untuk sekarang budaya menenggak miras tak sesering dulu, mungkin kalau sekarang hanya musiman, ketika orang - orang pulang dari perantauan mereka pulang berkumpul untuk menenggak miras. Banyak dari mereka yang udah mulai merasakan efek dari nenenggak miras, teman sebaya ane udah radang usus karena kerasnya alkohol yang terkandung di arak, sempat mutah darah. 1 dari dua bandar miras udah meninggal karena hal yang sama, ada lagi yang harus merasakan sakitnya meja operasi karena masalah di ginjal sebelah kanan.



Faktor lainya karena makin banyaknya yang menjual miras, kalau di kecamatan kertosono dulu cuma ada dua tempat, di lingkungan ane sama di daerah banaran. sekarang sudah tersebar. Mulai dari toko kebutuhan bahan pokok, toko kelontong, hingga warung – warung bisa mneyediakan minuman keras jenis apapun.



Gua berharap dari cerita singkat ane diatas bisa diambil pelajaran, kalau sesuatu yang loe anggap buruk lo boleh tinggalin, loe boleh bergaul sama siapapun tapi jangan loe terpengaruh oleh siapapun. Sayapun juga berharap kalau kalian berkeluarga jauhkan keluarga loe dari lingkungan seperti ini, perlu diketahui 4 teman gua yang sekolah SMP 4, 2 jadi pecandu miras, 1 jadi pengedar sabu, sempat masuk penjara sekarang merantau di Papua, dan yang satunya pindah ke Gurah Kediri, Teman ane yang sekolah SMP 1 sekarang kuliah di Jakarta, sedangkan ane masih menetap disini.

This entry was posted in Tak Berkategori. Bookmark the permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *